Kamis, 25 November 2010

KOORDINASI

Oleh Budi H. Wibowo

A. Pengertian Koordinasi
Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85).

Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.

Sementara itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination) sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

Menurut Handoko (2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksananya. Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat (1985:88) bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi.

Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi seperti diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko, 2003:196), yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece), di mana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Ketiga hubungan saling ketergantungan ini dapat digambarkan seperti terlihat pada diagram berikut ini.

Lebih lanjut Handoko (2003:196) juga menyebutkan bahwa derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.

B. Masalah-Masalah dalam Koordinasi
Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko, 2003:197) mengungkapkan 4 (empat) tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu:
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian penjualan menganggap bahwa diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualtias produk. Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses organisasi.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
3. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.

C. Tipe-Tipe Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat 2 (dua) tipe koordinasi, yaitu:
1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unti, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggungjawabnya.
2. Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.

D. Sifat-Sifat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:87) terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:
1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.
3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.

E. Syarat-Syarat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:
1. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.
3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.
4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.
Koordinasi adalah suatu istilah yang mengandung pengertian koperasi (cooperation), sebab tanpa adanya koperasi tidak mungkin dapat dilakukan. Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:90) mendefinisikan koperasi merupakan kehendak dari individu-individu untuk menolong satu sama lain.
Namun antara koordinasi dan koperasi berbeda. Menurut Handayaningrat (1985:90) pada koperasi terdapat unsur kesukarelaan atau sifat suka rela (voluntary attitude) dari orang-orang di dalam organisasi. Sedangkan koordinasi tidak terdapat unsur kerjasama secara suka rela, tetapi bersifat kewajiban (compulsory).

F. Ciri-Ciri Koordinasi
Menurut Handayaningrat (1985:89-90) koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering dicampur-adukkan dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu pelaksanaan koordinasi.
2. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
3. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah individu yang bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.
4. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.
5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di mana mereka bekerja.


Daftar Bacaan
Handayaningrat, Soewarno (1985). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen. Cetakan Keenam. Jakarta: PT Gunung Agung.
Handoko, T. Hani (2003), Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapanbelas. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. (2007), Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi Revisi. Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.

Pendekatan – pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif

Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi. Terdapat tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu:

Teknik-Teknik Manajemen Dasar

Untuk mencapai koordinasi yang efektif kita dapat menggunakan mekanisme teknik-teknik manajemen dasar : hirarki manajerial, rencana dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan-aturan dan prosedur-prosedur. Organisasi relatif tidak memerlukan peralatan koordinasi lebih dari teknik-teknik tersebut.

Mekanisme teknik manajemen dasar

ü Hirarki manajerial.

Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal, hubungan tanggung jawab dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.

ü Aturan dan prosedur.

Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.

ü Rencana dan penetapan tujuan.

Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan satuan-satuan oraganisasi.
www. Google.com

www.juwita.staffsite.gunadarma.ac.id

RENTANG MANAJEMEN
Rentang manajemen atau rentang kendali adalah kemampuan manajer untuk melakukan koordinasi secara efektif yang sebagian besar tergantung jumlah bawahan yang melapor kepadanya. Prinsip rentang manajemen berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer. Bawahan yang terlalu banyak kurang baik, demikian pula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga kurang baik.

Istilah-istilah lain rentang manajemen:
1. span of control
2. Span of authority
3. Span of attention atau span of supervision

Hubungan rentang manajemen dan koordinasi:
”Semakin besar jumlah rentang, semakin sulit untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan secara efektif.”

Alasan mengapa penentuan rentang yang tepat sangat penting adalah:
1. Retang manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka.
Terlalu melebarnya rentang berarti manajer harus mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak efisien. Sebaliknya jika rentang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak digunakan sepenuhnya.
2. Ada hubungan antara rentang manajemen di seluruh organisasi dan struktur organisasi.
Semakin sempit rentang manajemen, struktur organisasi akan berbebtuk ”tall” dengan banyak tingkat pengawasan di antara manajemen puncak dan tingkat paling rendah. Sedangkan rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur yang berbentuk ”flat” yang berarti tingkat manajemen semakin sedikit dan akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.

Jumlah Rentang Yang Ideal

Menurut Henri Fayol
Jumlah maksimum bawahan yang dapat dikendalikan oleh setiap pengawas produksi dalam organisasi adalah 20 sampai 30 karyawan, sedang setiap kepala pengawas (superintendent) dapat mengawasi hanya 3 atau4 pengawas produksi.

Menurut V.A. Graicunas (Konsultan dan ahli Matematika Perancis)
Dalam memilih suatu rentangan, menajer harus mempertimbangkan tidak hanya hubungan satu dengan satu secara langsung dengan bawahan yang diawasi tetapi juga hubungan mereka dengan bawahan dalam kelompok dua atau lebih. Jadi, dengan tiga karyawan seorang manajer mempunyai hubungan dengan setiap individu, dan dengan tiga kelompok yang berbeda, yaitu kombinasi dari setiap dua karyawan, dan dengan kelompok yang terdiri dari ketiganya.
Pendekatan Graicunas:

Keterangan:
R = Jumlah Hubungan
n = jumlah bawahan


Menurut Lyndall F. Urwick
Tidak ada eksekutif yang dapat mengendalikan secara langsung kerja lebih dari lima, atau paling banyak enam bawahan.

Menurut Jendral Ian Hamilton
Otak rata-rata manusia hanya memiliki ruang lingkup yang efektif dalam penanganan dari tiga sampai enam otak manusia lainnya.
Meskipun begitu jumlah rentang menejemen yang mutlak ideal sulit ditentukan, karena hal ini tergantung pada banyak variabel, seperti besarnya organisasi, teknologi, spesialisasi, kegiatan-kegiatan rutin, tingkat manajemen dan sifat-sifat pekerjaan lainnya. Karena itu para penulis hanya dapat menemukan rentang yang optimal untuk situasi khusus melalui penentuan batasan rentangan bagi organisasi pada umumnya.

Rentang Manajemen dan Tingkatan Organisasional

A. 1 Tingkatan Manajemen
1 Manajer Rentangan datar (Flat)
(32) Karyawan

B. 2 Tingkatan Manajemen
5 Manajer Rentangan lebih tinggi

C. 3 Tingkatan Manajemen
11 Manajer
Rentang Tinggi (tall)

PENJELASAN
Suatu organisasi (secara teoritik) dengan 32 tenaga operatif ditunjukan dalam tiga struktur rentang manajemen, di mana setiap struktur memerlukan jumlah manajer yang berbeda.
 Pada struktur A, seorang menajer mengawasi secara langsung keseluruhan 32 bawahan, yang menghasilakn rentang manajemen yang sangat lebar dan struktur organisasi yang datar (flat).
 Pada struktur B, menunjukan rentangan manajemen yang lebih sempit dan struktur organisasi yang lebih tinggi.
 Pada struktur C, dengan retang manajemen hanya 4 ada 11 manajemen dengan 3 tingkatan, yang membuat rentang manajemen sangat sempit dan struktur organisasi sangat tinggi.

Rentang Manajemen Lebar Versus Sempit

1. Rentang Manajemen Yang Melebar
Alasan digunakan: Tingkatan hirarki yang semakin tinggi cenderung mengurangi kecepatan waktu penyebaran informasi dari atas ke bawah.
 Lebih banyak jumlah tingkatan yang dilalui informasi, lebih besar kemungkinan penyimpangan atau distorsi.
 Penambahan tingkatan menajemen memakan biaya, karena memerlukan penambahan gaji meterial.
 Penggunaan sumber daya manajer secara efisien.

2. Rentang Manajemen Yang Menyempit
Alasan digunkan: pada umumnya moral dan produktifitas karyawan akan meningkat dalam organisasi-organisasi kecil daripada dalam organisasi-organisasi besar.
 Penggunaan rentang manajemen terlalu melebar berarti manajer tidak akan dapat menjalankan fungsi-fungsi dengan efektif dan mencurahkan perhatiannya kepada seluruh bawahan secara perseorangan.
 Koordinasi dan kooperasi berkembang baik, karena setiap individu mengelola fungsi sendiri dan dengan bantuan minimum dari atasan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentang Manajemen

Pada dasarnya faktor-faktor pengaruh yang dipertimbangkan adalah:
1. Kesamaan fungsi-fungsi
Semakin sejenis fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh kelompok kerja, rentangan semakin melebar.
2. Kedekatan geografis
Semakin dekat kelompok kerja ditempatkan, secara fisik, rentangan semakin melebar.
3. Tingkat pengawasan langsung yang dibutuhkan
Semakin sedikit pengawasan lengsung dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
4. Tingkat koordinasi pengawasan yang dibutuhkan
Semakin berkurang koordinasi yang dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
5. Perencanaan yang dibutuhkan manajer.
Semakin sedikit perencanaan yang dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
6. Bantuan organisasional yang tersedia bagi pengawas.
Lebih banyak bantuan yang diterima pengawas dalam fungsi-fungsi seperti penarikan, latihan, dan pengawasan mutu, rentangan semakin melebar.

Secara ringkas, tidak ada rumusan ajaib yang dapat menentukan ukuran rentang manajemn yang tepat. Contigency approach dalam mana ukuiran rentangan bervariasi menurut beberapa variabel memberikan pengertian tersebut.


Faktor-faktor lain yang dapat digunakan sebagai pedoman:
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi.
Rentang manajemen dapat relatif melebar bila:
 Pekerjaan bersifat rutin
 Operasi-operasi stabil
 Pekerjaan bawahan sejenis
 Bawahan dapat bekerja tidak tergantung satu dengan lain
 Prosedur-prosedur dan metoda-metoda dibuat secara baik dan telah diformalisasi
 Pekerjaan tidak membutuhkan tingkat pengawasan yang tinggi.

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan bawahan
Rentang manajemen dapat relatif melebar bila:
 Bawahan adalah terlatih baik untuk pekerjaan tertentu.
 Bawahan lebih senang bekerja tanpa pengawasan ketat.

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan atasan.
Rentangan manajemen dapat relatif melebar bila:
 Manajer adalah terlatih baik dan berkemampuan tinggi.
 Manajer menerima bantuan dalam pelaksaan kegiatan-kegiatan pengawasannya.
 Manajer tidak mempunyai kegiatan-kegiatan tambahan selama pengawasan dilaksanakan.
 Manajer lebih menyukai gaya pengawasan yang lepas daripada ketat.

Diposkan oleh Aditia Arif Rachman di 00.20
Label: KOORDINASI DAN RENTANG MANAJEMEN

pengorganisasian

1. PENGORGANISASIAN
1.1. Pengertian Pengorganisasian

Pengorganisasian dan Organisasi sangat berkaitan erat. Pengorganisasian disebut organisasi secara dinamis, dimana dalam pengorganisasian terjadi proses yang sangat terencana untuk menentukan segala kegiatan yang akan dilakukan oleh suatu organisasi agar dapat mencapai tujuan organisasi. Dalam perorganisasian terjadi pengambilan keputusan dalam menciptakan kerangka kerja. Kerangka kerja harus berisi rencana starategis secara garis besar bagaimana tujuan itu akan dapat dicapai dan kemampuan organisasi Sedangkan hasil dari pengorganisasian itu adalah organisasi yang disebut organisasi secara statis. Disebut statis karena organisasi dijadikan alat dan wadah oleh seorang manajer untuk melakukan kegiatannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Organisasi terdiri dari :

1.Goal Oriented Arragement, pengaturan yang berorientasi pada sasaran.
2.Psychosocial System, orang yang berinteraksi di dalam kelompok.
3.Technological System, orang yang menggunakan ilmu pengetahuan dan teknik.
4.Struktur System, Interaksi kegiatan yang terstruktur serta orang-orang yang bekerja
sama dalam hubungan-hubungan yang terpola.
1.2. Tahap Organisasi
Ada empat tahap yang menjadi dasar dalam melakukan proses pengorganisasian.
1.Pembagian Kerja (Division of Work)

Dalam merencanakan berbagai kegiatan dan pekerjaan yang akan dilakukan suatu organisasi perlu disederhanakan agar mudah mempraktekannya. Upaya untuk meyederhanakan keseluruhan kegiatan yang kompleks menjadi lebih terperinci dan spesifik akan mempermudah dalam menempatkan karyawan. Proses pembagian kerja menjadi lebih rinci ini disebut spesialisasi pekerjaan. Keseluruhan pekerjaan tersebut diturunkan atau dibagi berdasarkan kriteria tertentu yang lebih spesifik. Semakin terspesialisasi seorang karyawan, maka ia akan semakin paham terhadap pekerjaanya. Secara teori maka semakin terspesialisasi maka akan perusahaan akan semakin produkif. Namun, spesialisasi pekerjaan ini juga memiliki dampak negatif. Karena hanya menguasai bidang pekerjaannya saja, akan timbul kejenuhan dalam bekerja, sehingga menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja yang akan mengakibatkan karyawan mengalami stress yang tinggi, kesehatan mental dan perkembangan pribadi yang rendah.
2.Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)
Setelah didapat spesifikasi, pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria
yang sejenis. Proses pengelompokan ini disebut departementalisasi.

Terdapat berbagai pendekatan dalam proses departementalisasi, Namun mana yang lebih baik? Semua pendekatan memiliki plus dan minus. Fungsional memberikan kemudahan organisasi berdasarkan fungsi-fungsi yang harus dilakukan dalam

organisasi. Kekurangannya akan agak menyulitkan ketika terdapat perbedaan kepentingan antar bagian yang berbeda. Hal ini dapat diatasi dengan pendekatan produk, dimana di setiap produk misalnya terdapat berbagai subbagian fungsional, dengan demikian konflik perbedaan dapat dihindari. Tapi pendekatan ini mungkin belum tentu sesuai dengan organisasi yang memiliki banyakbranch atau malah tidak efektif bagi organisasi non profit. Jadi, penggunaan pendekatan dalam proses departementalisasi sangat situasional denga berbagai faktor yang dimiliki dan dihadapi oleh organisasi.
3.Penentuan Relasi (Hierarchy)

Pekerjaan-pekerjaan yang sudah terspesifikasi dan berkelompok-kelompok kemudian memerlukan span of control, yaitu menentukan jumlah orang atau bagian dibawah suatu departemen yang akan bertanggung jawab kepada departemen dan menentukan garis hierarki. Setelah itu menentukan chain of command, yaitu penjelasan mengenai batasan kewenangan siapa dan bagian mana yang akan melapor ke bagian yang sudah ditentukan, juga menentukan garis perintah hierarki paling atas sampai paling bawah. Dalam menentukan hierarki akan ditetapkan memakai jenis hierarki horizontal atau vertikal yang dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
4.Koordinasi (Coordination)

Setelah semuanya telah terencana, yang selanjutnya dipikirkan adalah bagaimana agar organisasi yang sudah didesain sedemikian rupa ini berjalan dengan efektif dan efisien? Disinilah diperlukan koordinasi. Koordinasi adalah proses untuk meyatukan, mengkomunikasikan seluruh aktivitas dan kegiatan agar tujuan organisasi dapat dapt tercapai secara efektif dan efisien. Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan yang dilakukan tidak akan terarah dan cenderung akan membawa kepentingan diri masing- masing bagian.
1.3. Struktur Organisasi
Faktor-faktor yang Memengaruhi Struktur Organisasi :

Strategi Organisasi

Pilihan struktur yang tepat belum tentu menjamin kesuksesan dalam pencapaian tujuan, tapi bisa meningkatkan kemungkinan kesuksesan dalam mencapai tujuan. Strategi organisasi dibentuk sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi. Struktur organisasi juga dibentuk sebagai jalan untuk mencapai tujuan. Karena itu struktur organisasi haruslah sejalan dengan strategi organisasi.

Skala Organisasi

Organisasi kecil biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih sederhana dan tidak terlalu banyak terjadi pendelegasian wewenang dan pekerjaan, sedangkan organisasi yang besar memiliki struktur yang lebih kompleks. Perbedaan skala ini bisa menurut beberapa faktor, misalnya kita bisa melihat organisasi tersebut disebut besar karena jumlah tenaga kerjanya, pangsa pasar atau karena memiliki banyak cabang di berbagai daerah.

Kamis, 30 September 2010

tanggung jawab sosial manager

Posted in Olah Raga by Redaksi on November 18th, 2007

Medan (SIB)
Yamaha sudah sering menggelar balapan untuk menyalurkan bakat-bakat dari kaula muda di arena olahraga otomotif tersebut. Dari even balapan itu sudah banyak juga yang muncul pembalap-pembalap handal yang telah berkiprah di tingkat nasional dan internasional. Selain itu Yamaha juga melakukan touring seperti yang digelarnya Kamis lalu (17/11). Touring tersebut menempuh beberapa jalan yang ada di kota Medan, diikuti ratusan pengendara Yamaha. Hal itu dilakukan untuk menguji ketahanan pengendara dan juga kemampuan sepeda motor tersebut termasuk di arena balap.
Selain melakukan touring pada hari itu, Yamaha di bawah naungan PT YMKI (Yamaha Motor Kencana Indonesia) dan PT Scorpii Medan pada hari itu juga menyempatkan dirinya mengunjungi panti asuhan sebagai kegiatan bakti sosial mereka. Panti Asuhan yang dikunjungi itu adalah panti asuhan Zahra di Jl Flamboyan III Tanjung Selamat Medan.
Bantuan yang diberikan antara lain, tas sekolah, buku-buku, komputer (printer 1 set), radio tape, TV, DVD dan lain-lain untuk kebutuhan sekolah. Bantuan tersebut diserahkan Direktur Marketing PT YMKI dari Jakarta Mr Eiji Tada (asal Jepang) dan Direktur Main Dealer PT Alfa Scorpii Medan Hendri Harta Prawira, yang diterima Pimpinan Panti Asuhan Zahra diwakili Risdayati disaksikan para pengurus panti asuhan tersebut serta anak-anak panti asuhan.
Hadir dalam penyerahan itu beberapa staf PT Yamaha seperti Mangiring Siahaan menjabat Asisten GM Service PT YMKI Jakarta, Mr Ota Seiji, Advisor Spare Part PT YMKI Jakarta, Yong Ting Lee, Divisi Manager Promotion PT Alfa Scorpii Medan, Zainal Harahap, Manager Service PT Alfa Scorpii Medan, Zainal Harahap, Manager Service PT Alfa Scorpii Medan dan beberapa staf lainnya.
Direktur Main Dealer PT Alfa Scorpii Hendri Harta Prawira saat menyerahkan bantuan itu mengatakan, kegiatan yang mereka lakukan itu merupakan bentuk tanggung jawab sosial sekaligus sebagai dari upaya Yamaha untuk selalu dekat dengan masyarakat. “Kami tidak semata-mata memikirkan bisnis saja tapi juga memikirkan masalah sosial terhadap masyarakat. Selama 20 tahun sudah ada di Sumut ini, kami selalu memikirkan bagaimana supaya dekat dengan masyarakat,” tukas Hendri.
Namun dia mengharapkan agar pimpinan panti asuhan tersebut tidak menilai bantuan itu dari segi banyaknya, tapi kami memberikan bantuan itu dari hati tulus. Di lain hari masih ada waku untuk jumpa lagi, sehingga bantuan dapat ditingkatkan lagi. Hal senada juga disampaikan Mr Eiji Tada yang disampaikannya dalam bahasa Inggris.
Sementara pimpinan panti asuhan tersebut yang diwakili Risdayati mengucapkan terimakasih atas pemberian bantuan dari PT Yamaha. Semoga Yamaha terus jaya, katanya. (R12/m)

evolusi teori manajemen

Pengertian Managemen dan Evolusi Teori Management

Manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur, mengurus atau mengelola. Banyak definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap istilah manajemen ini. Namun dari sekian banyak definisi tersebut ada satu yang kiranya dapat dijadikan pegangan dalam memahami manajemen tersebut, yaitu : Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakandan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.

Pengertian Managemen menurut para ahli
1. Menurut Horold Koontz dan Cyril O’donnel
Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
2. Menurut R. Terry :
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
3. Menurut James A.F. Stoner :
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan
4. Menurut Lawrence A. Appley :
Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.
5. Menurut Drs. Oey Liang Lee :
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan.


Sumber : http://www.geocities.com/agus_lecturer/manajemen/pengertian_manajemen.htm

Evolosi teori Management

Teori merupakan kumpulan prinsip yang disusun secara sistematis.
Prinsip berusaha menjelaskan hubungan antara fenomena yang ada.
Konsep merupakan simbol yang dipakai untuk menjelaskan pengertian tertentu dalam teori.
Manfaat teori: menjelaskan fenomena, memprediksi, dapat mengurangi coba-coba yang tidak efisien, dan dapat merupakan sumber ide.